
Perpustakaan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, mapan, sejahtera lahir dan batin. Menyadari posisi strategis perpustakaan sebagai sarana pendidikan non formal, dalam skala luas sangat dibutuhkan untuk menunjang program belajar sepanjang hayat ( long live education ) bagi masyarakat, maka pemerintah terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas berbagai jenis perpustakaan. Peran perpustakaan adalah mendukung masyarakat / bangsa yang selalu belajar ( a learning society / nation). Berikut ini adalah point – point yang menjadi acuan progress perpustakaan di Kabupaten Jepara dalam 3 tahun terakhir :
IMPLEMENTASI UU NO 43 TAHUN 2007
Pengimplementasian UU No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menuntut perlunya pengembangan era baru Perpustakaan di setiap tingkatan dan jenis, mutlak dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah ( Pemda Jepara ) dalam perannya sebagai penjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan di daerah. Pada era global sekarang ini, upaya dan tuntutan pemberdayaan perpustakaan dan budaya baca sangat diperlukan sebagai bagian aktivitas pembelajaran bagi terbentuknya generasi bangsa yang berkualitas dan mampu menguasai dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Jepara melalui Badan Perpustakaan, Arsip Daerah dan Data Elektronik Kabupaten Jepara sebagai delegasi / stakeholder yang membidangi masalah perpustakaan, tengah berupaya mewujudkan pengimplementasian UU No 43 Tahun 2007 dengan mengemban tugas pokok dan fungsinya sebagai penyangga pengembangan dan peningkatan pendidikan, yaitu sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi yang berwawasan dan berpengetahuan. Namun upaya Pengembangan perpustakaan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan minat serta budaya baca masyarakat, tidak hanya merupakan kewajiban dari Pemerintah saja, masyarakat juga memiliki kewajiban – kewajiban dalam menjaga dan memelihara kelestarian, keselamatan koleksi dan sumber daya perpustakaan di lingkungannya dan berperanserta dalam pengawasan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan perpustakaan. Maka pembentukan tatanan kehidupan yang berbudaya baca dengan komponen penyangganya yaitu  profesionalitas, kinerja pengelola, dan pengembangan Perpustakaan merupakan tugas bersama antara Pemerintah sebagai unsur penyelenggara dengan masyarakat sebagai pemustaka ( pengguna perpustakaan ).
USAHA – USAHA SISTEMATIS PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN  PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN JEPARA
Usaha – usaha sistematis dalam mengembangkan perpustakaan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara dengan penyediaan sarana dan prasarana berupa:
a. Bidang Fisik 
Tahun 2006
Sesuai Perda Nomor 12 Tahun 2003  Kantor Perpustakaan Umum Kab. Jepara berubah menjadi Badan Perpustakaan, Arsip Daerah dan Data Elektronik Kabupaten Jepara ( BAPADE ), pada tahun 2005 BAPADE Kab. Jepara menempati Gedung Baru ( bekas Kantor Penerangan ) di Jl. HOS Cokroaminoto No 10 Jepara sampai sekarang, pada tahun 2006 Gedung Perpustakaan mengalami penambahan bangunan +  155 m2 kebelakang, penambahan tersebut untuk memperluas ruangan layanan perpustakaan ( lantai II ) dan penambahan ruangan audio visual perpustakaan ( lantai I ). Selain perluasan gedung, Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara juga menambah 1 unit mobil perpustakaan keliling guna melayani lokasi yang jauh dari jangkauan dalam upaya pemerataan penyediaan informasi di daerah terpencil, 
Tahun 2007
Pada Tahun 2007 Perpustakaan Kabupaten Jepara menambah fasilitas layanannya dalam upaya meningkatkan jumlah pengunjung, fasilitas tersebut berupa Internet Gratis ( 5 unit Personal Computer ), serta fasilitas Wi fi / Hot Spot secara gratis / free acces. Selain itu Perpustakaan Umum Kab. Jepara juga menggunakan sistem otomasi dalam hal layanan pencarian katalog buku dan sedang dikembangkan untuk layanan peminjaman dan pengembalian buku ( masih dalam tahap entry data ) 
Selain peningkatan fasilitas layanan, Pemerintah Kabupaten Jepara juga membangun Warung Baca dan Rumah Belajar yang merupakan pengembangan layanan dari Perpustakaan Umum Kabupaten Jepara dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, Lokasi Warung Baca berada di areal tempat wisata Pantai Kartini Jepara dan di sebelah selatan Aloon – aloon Jepara, sedangkan Rumah belajar yang dilengkapi dengan Taman Bermain berlokasi di belakang Gedung Perpustakaan Umum Kabupaten Jepara, Jl. HOS Cokroaminoto No. 10 Jepara, dengan adanya Warung Baca dan Rumah Belajar nantinya diharapkan dapat menyadarkan dan mengubah apresiasi masyarakat terhadap buku dan perpustakaan. Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Belajar antara lain
-Layanan membaca
-Layanan Permainan Edukatif
-Layanan bercerita anak 
-Pemutaran film anak
-Taman bermain untuk anak.
Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan di Warung Baca antara lain :
- Layanan membaca di tempat.
- Hot Spot Area ( Warung Baca Aloon – aloon Jepara )
- Layanan bercerita anak ( Warung Baca Pemandian Kartini )
Tahun 2008
Dalam upaya Pemerintah Kabupaten Jepara membentuk Cyber City di Wilayah Kota, Warung Baca yang terletak di Aloon – aloon jepara juga mendapat jatah dalam mengakses internet secara gratis melalui Wi fi / hot spot yang tersedia. Sehingga diharapkan masyarakat dapat secara gratis mengakses berita / informasi secara on line dari berbagai sumber. ( untuk di Perpustakaan Umum telah tersedia sejak tahun 2007 )..
Perpustakaan sebagai tempat penyimpanan berbagai koleksi bahan pustaka, hasil cetak, rekam, dan berbagai naskah kuno sudah sewajarnya memperhatikan hal keamanannnya, dalam menjaga dan memelihara koleksi dari berbagai kerusakan dan pencurian. Untuk itu di Perpustakaan Umum Kabupaten Jepara telah terpasang kamera CCTV guna meminimalisasi pencurian dan pengrusaaan bahan pustaka di perpustakaan.
Berikut ini adalah alokasi buku Pengadaan Bahan Pustaka untuk Perpustakaan Umum, Keliling, dan bantuan bagi perpustakaan organisasi kemasyarakatan, tempat ibadah, Sekolah dan Kecamatan :
b. Non Fisik
Tahun 2006 
-Pelaksanaan Pelayanan Perpustakaan Keliling di 26 pos layanan yang tersebar di 11 Kecamatan se Kabupaten Jepara
-Pelatihan Pengelola perpustakaan untuk 100 orang pengelola / calon pengelola perpustakaan
-Pembinaan perpustakaan di 13 perpustakaan masyarakat, 7 perpustakaan dinas / instansi
-Pameran buku dengan 17 penerbit
Tahun 2007
-Bimbingan teknis perpustakaan yang diikuti 80 orang pengelola / calon pengelola perpustakaan
-Pembinaan di 36 lokasi perpustakaan keliling
-Pembinaan di 25 perpustakaan sekolah, 14 perpustakaan kecamatan, 10 perpustakaan masyarakat, 28 perpustakaan desa
-Pameran buku dengan 22 penerbit dan 28 stand.
-Peningkatan lokasi layanan perpustakaan keliling di 36 lokasi layanan 
   Tahun 2008
-Bimbingan teknis perpustakaan yang diikuti 80 pengelola / calon pengelola perpustakaan
-Pembinaan di 52 lokasi di perpustakaan masyarakat dan 25 lokasi perpustakaan sekolah.
-Pameran diikuti oleh 28 stand dari berbagai penerbit buku
-Kegiatan pelayanan perpustakaan keliling di 40 lokasi layanan
Hasil yang dicapai
Pengembangan minat dan budaya baca mengalami perkembangan yang relatif signifikan, hal ini dapat dilihat dalam beberapa aspek antara lain :
1.Perkembangan pada Sarana Prasarana.
Pengembangan sarana prasarana perpustakaan ditandai dengan pembangunan Gedung perpustakaan lantai II di Jl HOS Cokroaminoto No. 10 Jepara, setelah itu fasilitas pelayanan perpustakaan terus meningkat di tahun berikutnya dengan pembangunan Warung Baca dan Rumah Belajar, dan pemanfaatan tehnologi dengan pelayanan Internet gratis serta fasilitas wi fi / hotspot ( free acces ) di Perpustakaan Umum dan Warung Baca ( di Aloon – aloon Jepara ). Sebagai penunjang keamanan koleksi bahan pustaka di perpustakaan telah dipasang kamera CCTV di 6 titik, sebagai peminimalisasi pencurian dan pengrusakan koleksi perpustakaan.
2.Pengembangan kelembagaan
Seperti yang telah di sampaikan di atas, kelembagaaan perpustakaan di Kabupaten Jepara telah berkembang dengan dibentuknya Perpustakaan - perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Kecamatan, Perpustakaan Desa, Taman Baca Masyarakat ( TBM ), dan Perpustakaan Masyarakat.
3.Penyebaran Bahan Pustaka yang makin luas.
Dalam upaya pengembangan perpustakaan masyarakat, Desa, dan Kecamatan, Pemerintah Kabupaten Jepara dalam hal ini BAPADE Kab. Jepara telah memberikan bantuan stimulan berupa bahan pustaka di beberapa perpustakaan Masyarakat ( TBM, Ponpes, Masjdi, tempat Ibadah, dan Ormas ), di perpustakaan Desa, dan perpustakaan Kecamatan. Untuk tahun 2006 telah di bantukan sebanyak 1.000 eksemplar, untuk tahun 2007 bertambah menjadi 10.045 eksemplar, dan untuk tahun 2008 sebanyak 9.975 eksemplar
4.Mulai berkembangnya minat dan budaya baca masyarakat
Perkembangan minat dan budaya masyarakat dapat dilihat dengan antusias masyarakat dan siswa sekolah pada pelayanan perpustakaan keliling di daerahnya, mengingat pelayanan perpustakaan keliling dikhususkan untuk lokasi yang jauh dari jangkauan pelayanan perpustakaan umum. Selain itu semakin banyaknya perpustakaan – perpustakaan baru yang dibangun di masyarakat ( TBM, Perpustakaan Tempat Ibadah, Perpustakaan Ponpes, Perpustakaan Ormas ), hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa minat dan budaya baca masyarakat berangsur – angsur meningkat seiring dengan meningkatnya teknologi informasi. 
5.Meningkatnya jumlah statistik perpustakaan
Perkembangan perpustakaan dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pengunjung, jumlah peminjam, jumlah anggota, dan jumlah buku yang dipinjam melalui statistik perpustakaan,hal ini yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan minat serta budaya baca masyarakat.
Rabu, 17 September 2008
PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN PADA RENTANG WAKTU 3 TAHUN DALAM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN APRESIASI MINAT DAN BUDAYA BACA MASYA RAKAT
Minggu, 20 April 2008
KARTINI ?
Ia seorang pemimpin sejati, tapi juga seorang tahan; seorang pemberontak, tapi juga seorang penurut. pernah Kartini menulis : "Teman - teman saya disini mengatakan akan bijak kiranya kalau kami tidur sekitar 100 tahun. Pada waktu kami bangun, itulah waktunya yang cocok untuk kami. Pada saat itu Jawa sudah sejauh yang kami inginkan "
Seratus tahun sudah berlalu. dari banyak hal yang mereka dambakan, mereka kerjakan, mereka perjuangkan, dan mereka tanggungkan sudah ada yang terwujud.
Akan tetapi di luar perjuangan demi pembebasan masih terdapat banyak hal lain dalam perasaan dan pikiran Kartini yang masih tersimpan sampai sekarang. 'O, alangkah senang hidup di zaman ini! Mengalami peralihan dari yang lama ke yang baru !' demikian pernah ditulisnya.
Hidup adalah gerakan. Selamanya terjadi peralihan dari yang lama ke yang baru. Namun tetap saja orang yang merasa terkurung, terganggu, dan frustasi, dapat menimba penghiburan dan kekuatan dari contoh yang diberikan oleh Kartini, betapapun muda usianya terkurungnya, lembutnya, namun begitu kuat.
di sadur dari Buku Betapa Besar Pun Sebuah Sangkar ( Elisabeth Keesing )
Jumat, 28 Maret 2008
Perpustakaan Layani Penyandang Cacat
Jepara- Pelayanan perpustakaan tidak hanya diberikan kepada masyarakat normal saja, melainkan masyarakat penyandang cacat pun mendapat pelayanan yang sama. Demikian yang disampaikan oleh Kepala BAPADE Kabupaten Jepara, Drs.Sutarto,MM saat menyambut kedatangan atlet penyandang cacat di perpustakaan, Jumat (28/3). Kedatangan mereka dalam rangka mencari bahan pustaka di bidang olahraga bagi penyandang cacat sekaligus mohon doa restu untuk mengikuti seleksi dalam event PORCANAS ( Pekan Olahraga Cacat Nasional ) yang akan di gelar di Kalimantan Timur.  
“Perpustakaan terbuka bagi siapapun termasuk mereka yang cacat. Ini merupakan bagian dari program pelayanan perpustakaan. Selain itu kami sangat bangga dan mendukung mereka berjuang di event nasional,”terang Drs. Sutarto,MM. Dijelaskan lebih lanjut bahwa para penyandang cacat sesungguhnya akan mendapat prioritas lebih dibandingkan pengunjung umum lainnya. Hal tersebut dikarenakan perpustakaan BAPADE Kabupaten Jepara memberikan kesempatan yang sama untuk mengakses informasi yang ada di perpustakaan. Selain dapat membaca koleksi buku, komik dan majalah, mereka juga dapat mengakses internet secara gratis.
“Silahkan masyarakat terutama dari kalangan penyandang cacat untuk menggunakan perpustakaan dengan leluasa. Kami terbuka dan akan melayani dengan baik,”tambah Drs. Sutarto,MM.
Koleksi perlu ditambah
Pada kesempatan tersebut, mereka yang menderita tuna rungu dan tuna daksa sangat menikmati pelayanan yang diberikan oleh petugas. Terlihat mereka antusias melihat rak tempat koleksi buku. Bahkan diantara mereka langsung meminjam komik yang menarik perhatiannya.
“Sebenarnya mereka itu, pandai-pandai dan tertarik dengan komik yang isinya gambar,’terang Faizin selaku pendamping penyandang cacat. Sebetulnya para penyandang cacat ingin berkunjung ke perpustakaan sejak lama. Namun, karena belum tahu dalamnya perpustakaan sehingga masih ragu-ragu. Bahkan menurut Faizin, perpustakaan Jepara sangat nyaman bagi pengunjung penyandang cacat. Hal itu dilihat dari koleksi buku-buku yang ada.
Dengan dikenalnya perpustakaan oleh penyandang cacat, membuat Drs. Sutarto,MM terharu dan menginginkan adanya penambahan koleksi buku yang bertuliskan huruf Braille yang dapat digunakan oleh tuna netra. Tentunya koleksi ini sangat penting dan dapat lebih memudahkan bagi pengunjung. Bahkan pengunjung lainnya pun dapat mengetahui secara persis huruf Braille tersebut.
“ Kami akan membuat terobosan, agar secepatnya koleksi buku-buku yang berhuruf braille supaya segera ada,”ungkap Drs. Sutarto,MM sembari memperkenalkan layanan internet.
Bagi penyandang cacat yang menggunakan kursi roda akan mendapat pelayanan khusus yang disediakan oleh BAPADE Kabupaten Jepara. sehingga mereka dapat mudah mencari buku melalui perpustakaan keliling. Karena selama ini perpustakaan terletak di lantai dua, maka sudah seharusnya pelayanan bagi penyandang cacat harus diutamakan. (Suroto/pustakawan pelaksana)
Jumat, 22 Februari 2008
MEMBACA DENGAN EFEKTIF
Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri  adalah membangun kebiasaan untuk
terus menerus belajar atau menjadi manusia  pembelajar yang senantiasa haus akan
informasi dan pengetahuan.
Hal  ini seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motors  yang
mengatakan bahwa "Anyone who stops learning is old, whether at twenty or  eighty.
Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is  to keep
your mind young."
Tidak peduli berapapun usia kita, jika kita  berhenti belajar berarti kita sudah
tua, sedangkan jika senantiasa belajar  kita akan tetap awet muda. Karena hal
yang terbaik di dunia akan kita peroleh  dengan memelihara pikiran kita agar
tetap muda.
Salah satu cara paling  efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun
sayangnya sebagian besar  kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan
utama yang sering kita  sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam
rutinitas dan  tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk
mengasah gergaji  kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya
"The 7 Habits  of Highly Effective People" sebagai berikut:
Andaikan saja anda bertemu  seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang
pohon di  hutan.
"Apa yang sedang anda kerjakan? Anda bertanya.
"Tidak  dapatkah anda melihat?" demikian jawabnya dengan tidak sabar. "Saya
sedang  menggergaji pohon ini."
"Anda kelihatan letih!" anda berseru. "Berapa  lama anda sudah mengerjakannya?"
"Lebih dari lima jam," jawabnya, " dan  saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja
keras."
"Nah, mengapa anda  tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah gergaji
itu?" anda  bertanya. "Saya yakin anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat."
"Saya  tidak punya waktu untuk mengasah gergaji," orang itu berkata dengan  tegas.
"Saya terlalu sibuk menggergaji."
Bahkan menurut Covey,  kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling
penting karena  melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh
kebiasaan manusia  efektif. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset
terbesar yang kita  miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat memperbarui
keempat dimensi  alamiah kita �?" fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.
Membaca  merupakan salah cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas
diri  kita. Meskipun kita memiliki "keterbatasan waktu", kita tetap perlu
mengasah  gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang  efektif
sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien.
Namun  sebelumnya kita perlu mengenali berbagai tipe gaya belajar  seseorang,
yaitu:
a. Visual.
Belajar melalui melihat sesuatu. Kita  suka melihat gambar atau diagram. Kita
suka pertunjukan, peragaan atau  menyaksikan video.
b. Auditori.
Belajar melalui mendengar sesuatu.  Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah
kuliah, diskusi, debat dan  instruksi verbal.
c. Kinestetik.
Belajar melalui aktivitas fisik dan  keterlibatan langsung. Kita suka
"menangani", bergerak, menyentuh dan  merasakan/mangalami sendiri.
Semua kita, dalam beberapa hal, memanfaatkan  ketiga gaya tersebut. Tetapi
kebanyakan orang menunjukkan kelebihsukaan dan  kecenderungan pada satu gaya
belajar tertentu dibandingkan dua gaya lainnya.  Pada anak-anak kecenderungannya
adalah pada kinestetik dan auditori, namun  pada saat mereka dewasa,
kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata  lebih mendominasi.
Memahami gaya belajar pribadi anda akan dapat  meningkatkan kinerja dan prestasi
anda. Anda akan mampu menyerap informasi  lebih cepat dan mudah. Anda dapat
mengidentifikasi dan mengapresiasi cara  yang paling anda sukai untuk menerima
informasi. Anda akan bisa berkomunikasi  jauh lebih efektif dengan orang lain dan
memperkuat pergaulan anda dengan  mereka.
Tiga Faktor Penting Meningkatkan Kemampuan Belajar
Ada  tiga faktor penting dalam penguasaan ketrampilan untuk belajar:
pertama  adalah pola pikir dan sikap (mindset and attitude) kita  terhadap
belajar.
Kita harus memiliki hasrat (desire) dan kecintaan  (passion) yang dalam terhadap
nilai-nilai untuk terus belajar dan  mengembangkan diri. Belajar tidak hanya
sekedar melalui pendidikan formal  semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan
kita harus senantiasa  mengembangkan sikap belajar. Sikap mau membaca, mendengar,
mau mengerti dan  mau belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu
senantiasa  dikembangkan jika kita ingin memperbaiki diri ataupun gagasan  kita.
Faktor kedua dalam meningkatkan ketrampilan untuk belajar  adalah kemampuan kita
untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita (terutama  pikiran bawah sadar �?"
subconscious mind) untuk mempercepat proses belajar  (accelerated learning).
Pikiran bawah sadar merupakan kekuatan yang luar  biasa jika kita dapat
mengoptimalkan potensinya. Seringkali kita melupakan  bahwa anugerah yang
terindah dan terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita  adalah kemampuan pikiran
kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan  ciptaanNya yang lain.
Hal yang paling mudah kita lakukan untuk  mengembangkan ketrampilan untuk belajar
adalah dengan banyak membaca.  Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk
membaca buku merupakan  kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan
diri  kita.
Banyak sekali metoda untuk meningkatkan kecepatan membaca  (speed reading) maupun
pemahaman (comprehension) terhadap isi dari suatu  buku. Ketrampilan inilah yang
amat kita perlukan untuk meningkatkan daya  serap dan kecepatan kita dalam
membaca sebuah buku. Selain membaca,  meningkatkan kemampuan dapat diperoleh
melalui seminar, pelatihan maupun  mendengarkan kaset-kaset motivasi.
Faktor ketiga dalam  meningkatkan kemampuan belajar kita adalah disiplin diri dan
kegigihan (self  discipline and persistence).
Tanpa kedua hal ini maka belajar hanyalah  kegiatan yang sifatnya tergantung
suasana hati (mood) dan kita tidak dapat  mencapai keunggulan (excelence) hanya
dengan belajar setengah hati. Sudah  saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan
kita.
Ada pepatah yang  mengatakan "Your Habits will Determine Your Future. Miliki
kebiasaan belajar,  dan mulai langkah pertama anda. Proses mengubah kebiasaan
sangat ditentukan  oleh kedisiplinan diri dan kegigihan kita, sehingga setelah
melakukannya  dalam periode waktu tertentu, hal tersebut tidak lagi menjadi beban
tetapi  telah menjadi kebutuhan. Jika pada awalnya sulit melakukan tetapi setelah
itu  anda jadi terbiasa.
Ketrampilan Dasar untuk Membaca yang  Efektif.
Sebelum kita mengembangkan kemampuan membaca dengan efektif,  kita perlu
menguasai terlebih dulu beberapa ketrampilan dasar,  yaitu:
1. Konsentrasi
Kebanyakan kita menganggap bahwa konsentrasi  adalah pekerjaan berat dan sangat
sulit dilakukan. Kita memiliki suatu  keyakinan bahwa hal tersebut susah untuk
dilakukan. Padahal kalau kita  menyenangi sesuatu, katakanlah menonton konser
musik band favorit kita atau  film di bioskop, maka kita akan dapat
berkonsentrasi menikmati pertunjukan  yang berlangsung lebih dari dua jam. Kita
ternyata dapat berkonsentrasi cukup  lama jika kita melakukan sesuatu yang kita
senangi. Inilah pola pikir pertama  yang harus kita kembangkan untuk belajar
berkonsentrasi.
Hal yang  kedua adalah bahwa mengembangkan daya konsentrasi sama halnya  dengan
mengembangkan dan menguatkan otot-otot tubuh kita. Kita perlu latihan  yang
teratur dan terus menerus. Salah satu teknik untuk mengembangkan  daya
konsentrasi adalah teknik kontemplasi. Kontemplasi adalah suatu  teknik
menggunakan pikiran kita seperti sebuah lampu senter (searchlight)  untuk mencari
dan menemukan informasi baru. Untuk melatihnya, anda perlu  lakukan setiap hari
(sedikitnya 5 menit sampai maksimum 10 menit per  latihan). Caranya dimulai
dengan fokus terhadap apa yang ingin kita ketahui.  Misal, kita ingin mengetahui
cara meningkatkan kecerdasan finansial (membaca  buku Robert Kiyosaki misalnya),
kemudian pikirkan gagasan tersebut secara  mendalam dan tanyakan pada diri anda
pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa  artinya kecerdasan finansial? Apa
implikasinya pada hidup saya? Apakah hal  tersebut bisa saya lakukan? Dan
seterusnya lakukan sampai sekitar 5-10  menit.
Jika anda sudah bisa bertahan konsentrasi 10 menit, tingkatkan  kemampuan anda
dengan berlatih langsung membaca sebuah buku 10-20 menit.  Lakukan setiap hari
sampai daya tahan konsentrasi anda meningkat sedikit demi  sedikit.
2. Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Teknik ini merupakan  cara untuk meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada
dalam  buku.
Pertama, kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah  halaman kertas
kosong.
Kemudian seperti pohon dengan cabang dan ranting  kita kembangkan tema pokok
menjadi sub tema di sekelilingnya dengan  dihubungkan memakai garis seperti
jari-jari roda.
Berikut adalah langkah  atau prinsip dalam membuat peta pikiran dalam buku
Accelerated Learning for  the 21st Century karangan Colin Rose dan Malcolm J.
Nicholl:
a. Mulai  dengan topik di tengah-tengah halaman.
b. Gunakan kata-kata kunci.
c.  Buatlah cabang-cabangnya
d. Gunakan simbol, warna, kata, gambar dan citra  (images) lainnya.
e. Gunakan seperti poster dengan dasar putih bersih.
f.  Buat tulisan atau gambarnya warna warni
g. Gunakan alat tulis berwarna  terang
Membuat peta pikiran adalah latihan yang perlu dilakukan terus  menerus. Sama
halnya seperti teknik kontemplasi, kita perlu berlatih  mengunakan peta pikiran
untuk mengetahui informasi atau menganalisa  masalah.
[Bisa juga melihat di Gua Kalong, bagian Peta Konsep dan  Otak]
3. Relaksasi
Cara ini dikembangkan oleh Sandy MacGregor dalam  bukunya Piece of Mind. Pada
prinsipnya dikatakan bahwa otak atau pikiran kita  lebih mudah menyerap dan
mengingat informasi pada saat kondisi pikiran kita  relaks yang ditunjukkan
dengan frekuensi gelombang otak yang rendah. Mengenai  teknik relaksasi pernah
dibahas dalam edisi Mandiri sebelumnya. Bagi anda  yang berminat mempelajari
dapat membaca buku Sandy MacGregor tersebut atau  buku SELF MANAGEMENT: 12
Langkah Manajemen Diri karangan Aribowo Prijosaksono  dan Marlan Mardianto.
Teknik Membaca Cepat
Kita hidup dalam zaman  di mana kita setiap hari dibanjiri buku baru tentang
topik yang kita sukai  atau yang berkaitan dengan bidang pekerjaan kita. Pembaca
biasa takkan bisa  membaca semua buku yang telah diterbitkan tentang topik yang
berkaitan dengan  bidang bisnis atau profesionalnya.
Sedangkan membaca itu sendiri bisa  menjadi pengalaman yang menyenangkan
sekaligus menjengkelkan. Padahal kita  semua tahu bahwa membaca sama halnya
dengan kita menikmati pertunjukan konser  atau film yang bagus. Membaca
melibatkan partisipasi aktif kita. Seluruh  emosi, hasrat dan minat kita juga
harus terlibat dalam proses membaca,  sehingga membaca menjadi pengalaman yang
menyenangkan.
Dengan  keterbatasan waktu yang kita miliki, bagaimana kita dapat  mengembangkan
kemampuan membaca secara efektif sehingga dengan tenggang waktu  yang sama, kita
bisa mengambil inti dari lebih banyak buku. Kecuali untuk  buku fiksi atau sastra
yang memang ingin kita nikmati jalinan cerita, emosi,  dan rangkaian
kata-katanya, membaca buku nonfiksi (textbook) adalah seperti  membaca surat
kabar. Yang kita perlukan adalah informasi dan gagasan pokok  pengarang.
Hanya sedikit orang yang membaca koran dengan cara per bagian,  halaman per
halaman. Kita biasanya membaca beberapa halaman pertama dengan  mendetail, lalu
hanya sekilas membaca yang lain, mencari topik yang menarik.  Sekarang kita akan
belajar melakukan hal yang serupa dengan buku yang akan  kita baca.
Sebelum mulai membaca ada sejumlah alat bantu yang dapat  membantu kita untuk
dapat memahami keseluruhan isi sebuah buku:
Sampul  buku:
Biasanya pokok pikiran terpenting dari sebuah buku tercetak di  sampulnya.
Informasi ini membantu penjualan buku dan memberikan perspektif  penerbit tentang
isi buku. Sampul buku memberikan gambaran kepada kita  tentang apa yang akan kita
dapatkan di bagian dalam.
Biografi  penulis:
Informasi ini akan memberi tahu kita tentang latar belakang  pendidikan,
pengalaman dan kegiatan penulis saat ini yang membuat ia bisa  menulis buku
tersebut. Dengan memahami informasi tentang penulis akan  membantu kita untuk
lebih mudah mengikuti alur pemikirannya dalam buku  tersebut.
Bagian awal:
Bagian ini terdiri atas kata pengantar,  prakata, atau bab pendahuluan (prolog).
Biasanya justru bagian-bagian ini  yang perlu secara mendalam kita pelajari,
karena intisari seluruh gagasan  penulis tentang tema buku tersebut terangkum
dalam bagian awal buku. Yang  jelas bagian ini memaparkan tujuan penulisan �?"
pernyataan misinya. Pada  titik ini kita bisa memutuskan untuk membaca lebih
lanjut atau kita hanya  akan menggunakannya untuk referensi.
Daftar Isi:
Sebenarnya bagian ini  adalah kerangka buku. Penulis menggunakan masing-masing
topik bab sebagai  gantungan untuk menjelaskan keseluruhan pemikirannya tentang
topik tertentu.  Ada berapa bagian? Berapa bab? Bacalah Daftar Isi dengan teliti
untuk melihat  apakah topik-topiknya sesuai dengan apa yang kita cari.
Indeks:
Teliti  indeks di bagian belakang buku. Lihat apakah ada kata-kata kunci yang
menarik  bagi anda.
Kita harus memeriksa semua hal tersebut sebelum membaca  bukunya. Inilah yang
disebut dengan proses scanning, yaitu kita melihat  secara selintas keseluruhan
isi dari buku yang akan kita baca. Begitu mulai  membaca, kita bisa bebas
melompati materi yang sudah kita ketahui atau materi  yang tidak kita minati.
Pada bagian tertentu kita bisa mendalami karena  ada topik atau informasi yang
harus kita cermati dan kita cerna lebih dalam.  Proses ini disebut dengan proses
skimming.
Berikut adalah hal-hal  yang perlu untuk membaca dengan efektif:
1. Setelah melakukan proses  scanning, kita dapat membuat peta pikiran (mind
charting) buku  tersebut.
Tidak usah terlalu detil, tetapi cukup informatif untuk menjelaskan  isi buku
dalam satu halaman kertas. Kalau perlu kita lakukan rekonstruksi  terhadap daftar
isi digabung dengan informasi lain dari biografi, kata  pengantar, pendahuluan
dan sinopsis di sampul buku tersebut.
2.  Siapkan stabilo atau alat tulis untuk menandai informasi atau apa saja  yang
ingin kita ingat.
3. Pahami jalan pikiran penulis.
Semakin  cepat kita mengetahui topik, tujuan, pokok masalah materi yang kita
baca,  semakin baik pemahaman dan ingatan kita akan hal itu.
4. Hindari baca  kata per kata dan kalimat per kalimat.
Coba tangkap sekelompok kata dengan  mata anda setiap kali
menggerakkannya.Apalagi untuk buku berbahasa asing,  kita tidak perlu
menterjemahkannnya kata demi kata, karena akan menghambat  proses penyerapan
informasi dalam otak anda.
Bandingkan anda membaca  dengan bersuara dan membaca dalam hati. Kecepatannya
akan berbeda  jauh.
Biasanya saya berkonsentrasi pada kalimat pertama dan kalimat terakhir  dari
sebuah paragraf, atau mata saya melihat seluruh badan paragraf dan  menangkap
pesan intinya.
5. Buatlah ringkasan sambil membaca.
Jika  tak ada ringkasan bab, buatlah sendiri setiap selesai membaca satu  bab.
6. Bandingkan dengan tulisan lain bertopik sama yang pernah anda  baca.
Ingat teknik kontemplasi. Cobalah mengembangkan pertanyaan-pertanyaan  dan kaitan
satu sama lain seperti anda mencari sesuatu dengan  senter.
7. Untuk mempermudah kita menggunakan buku tersebut sebagai  referensi, kita bisa
mencatat isi buku tersebut dalam sebuah buku catatan  atau kertas khsusu yang
dapat kita simpan dan kita lihat kembali setiap  saat.
Demikianlah prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang perlu kita  ketahui untuk
meningkatkan efisiensi membaca. Namun sekali lagi, sama seperti  ketrampilan yang
lain, membaca memerlukan jam terbang. Kita perlu berlatih,  berlatih dan berlatih
sehingga kecepatan dan efisiensi membaca kita meningkat  dari waktu ke waktu.
Selamat membaca dan meningkatkan aset pribadi anda  yang paling penting, diri
anda sendiri.
Sumber : Roy Sembel
MANFAAT MEMBACA
1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
2. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan.
3. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.
4. Dengan sering membaca, orang bisa mengembangakan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.
5. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
6. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
7. Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana.
8. Dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup.
9.Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
10. Dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).
Sumber :”Don’t be Sad”, DR. Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA
Rabu, 20 Februari 2008
Riwayat Singkat Raden Ajeng Kartini

Sewaktu RA Kartini dilahirkan, ayahnya masih berkedudukan sebagai Wedono Mayong, sedangkan ibunya adalah seorang wanita berasal dari desa Teuk Awur yaitu Mas Ajeng Ngasirah yang berstatus garwo Ampil. RMAA Sosroningrat dan urutan keempat dari ibu kandung Mas Ajeng Ngasirah, sedangkan eyang RA Kartini dari pihak ibunya adalah seorang Ulama Besar pada jaman itu bernama Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah. Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putrid bangsawan yang dikawini pada tahun 1875 keturunan langsung bangsawan tinggi madura yaitu raden ajeng Woeryan anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara sebelum RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua istrinya itu telah membuahkan putera sebanyak 11 (sebelas) orang.
Mula pertama udara segar yang dihirup RA KArtini adalah udara desa yaitu sebuah desa di Mayong yang terletak 22 km sebelum masuk jantung kota Jepara. Disinilah nia dilahirkan oleh seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan garwo ampil oleh wedono Mayong RMAA Sosroningrat. Anak yang lahir itu adalah seorang bocah kecil dengan mata bulat berbinar-binar memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan.
Hari demi hari beliau tumbuh dalam suasana gembira, dia ingin bergerak bebas, berlari kian kemari, hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan dan kegesitannya bergerak ia mendapat julukan “TRINIL” dari ayahnya. Kemudian setelah kelahiran RA Kartini yaitu pada tahun 1880 lahirlah adiknya RA Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881 RMAA Sosroningrat diangkat sebagai Bupati Jepara dan beliau bersama keluarganya pindah ke rumah dinas Kabupaten di Jepara.
Pada tahun yang sama lahir pula adiknya yang diberi nama RA Kardinah sehingga si trinil senang dan genbira dengan kedua adiknya sebagai teman bermain. Lingkungan Pendopo Kabupaten yang luas lagi megah itu semakin memberikan kesempatan bagi kebebasan dan kegesitan setiap langkah RA Kartini.
Sifat serba ingin tahu RA Kartini inilah yang mrnjadikan orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya. Memang sejak semula RA Kartini paling cerdas dan penuh inisiatif dibandingkan dengan saudara perempuan lainnya. Dengan sifat kepemimpinan RA Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan diantara mereka bertiga yang dikenal dengan nama “TIGA SERANGKAI” meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain.
Agar puterinya lebih mengenal daerah dan rakyatnya RMAA Sosroningrat sering mengajak ketiga puterinya tourney dengan menaiki kereta.
Ini semua hanya merupakan pendekatan secara terarah agar puterinya kelak akan mencintai rakyat dan bangsanya, sehingga apa yang dilihatnya dapat tertanam dalam ingatan RA Kartini danadik-adiknya serta dapat mempengaruhi pandangan hidupnya setelah dewasa.
Saat mulai menginjak bangku sekolah “EUROPESE LAGERE SCHOOL” terasa bagi RA Kartini sesuatu yang menggembirakan. Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya yang menonjol RA Kartini cepat disenangi teman-temannya. Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat menyaingi anak-anak Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun RA Kartini dapat diandalkan.
Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama, NY. OVINK SOER DAN SUAMINYA MENGAJAK ra Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 km ke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukau sebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu pantai Bandengan.
Kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hamper sama dengan bandengan namanya “Klein Scheveningen” secara spontan mendengar itu RA Kartini menyela……..kalau begitu kita sebut saja pantai bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen”.
Selang beberapa tahun kemudian setelah selesai pendidikan di EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini karena terbentur pada aturan adapt apalagi bagi kaum ningrat bahwa wanita seperti dia harus menjalani pingitan.
Memang sudah saatnya RA Kartini memasuki masa pingitan karena usianya telah mencapai 12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah karena menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu adalah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan juga dari ayahnya.
Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan berbagai pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera lainnya yang namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.
Walaupun RA Kartini tidak berkesempatan melanjutkan sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama Kartini yaitu sekolah pertama gadis-gadis priyayi Bumi Putera telah dibina diserambi Pendopo belakang kabupaten. Hari itu sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida dimana RA Kartini sedang menyelesaikan lukisan dengan cat minyak. Murid-murid sekolahnya mengerjakan pekerjaan tangan masing-masing, ada yang menjahit dan ada yang membuat pola pakaian.
Adapun Bupati RMAA Sosroningrat dan Raden Ayu tengah menerima kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamaran dari Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12 November 1903 RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara sederhana.
Pada saat kandungan RA Kartini berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, namun semua itu membuat dirinya lesu.
Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.
Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.
Selasa, 19 Februari 2008
A Short Story on Jepara Anniversary

Jepara anniversary has been determined dated on April 10, 1549 based on the former regency regulation of Jepara Number 9 in 1988, On the settlement on Jepara anniversary.
Whereas the Local Regulation settlement referred to a female figure named Retno Kencono inaugurated as the Jepara ruler and titled “Nimas Ratu Kalinyamat”.
After Sultan Trenggono, from Demak Kingdom, was killed in his military expedition at Panarukan, East Java in 1546, there was a commotion fighting for the throne of Demak Kingdom ceasing with Prince Prawoto murder from Demak, followed by Prince Hadlirin murder from Jepara and Prince Aryo Penangsang from Jipan Panolan.
Exchange Catalog
As a leader for prosperous Jepara because of its existence for the crowded commercial port, Queen Kalinyamat was famous with her patriotism spirit and anti-colonialism. Sending her combat fleet for Malacca to attack and destroy Portuguese in 1551 and 1574 proved it. It was not excessive if Portuguese called her as “De Krange Dame” meaning “A Grave-Strong Women”, or “De Couto” and a Portuguese writer in the book “Da Asia” called her as “Rainha De Jepara”, Senora Pade Rosa De Rica”, meaning the Queen of Jepara with her power and prosperity.
The Queen’s brave – strong aggression involved almost 40 ships with more than 5.000 warriors. Nevertheless, it failed completely when Kalinyamat’s warriors attacked land in order to encircle Portuguese port in Malacca, the Portuguese warriors with complete arms were successful to break Kalinyamat’s encircling warriors.
However, the Queen’s patriotism was never down and bravely against the colonialism that were in their top age and admitted as the boldest people in the world.
Twenty-four years later or exactly in October 1574, the Queen Kalinyamat sent her military fleet greater to Malacca.
The second military expedition involved 300 ships with 80 ships of great jung assembled by 15.000 superlative crews. The second military fleet shipment was late by the prominent commander in the kingdom called “QUILLIMO” by the Portuguese.
Though the second war run in months, Kalinyamat’s warriors were not successful as well to drive Portuguese away from Malacca, nevertheless, it made Portuguese afraid and reluctant to confront the Queen of Jepara, it was proved by the Javanese sovereignty from the colonialism of Portuguese in the 16th century.
As a relic based on the great war between Jepara and Portuguese, recently there are grave complex in Malacca called Makam Tentara Jawa (Javanese Warrior Grave).
Likewise, the Queen Kalinyamat deserved well in acculturating wood carving which is now becoming the first mainstay for economic in Jepara, i.e., Majapahit wood carving harmony with chief minister to a king, Badraduwung’s work coming from China.
According to the history of Queen Kalinyamat, she was died in 1579 and buried in Mantingan Jepara, beside her husband grave, Prince Hadlirin.Referring to all positive aspects as verified by Queen Kalinyamat, so Jepara became a prosperous, strong and famous country, so the settlement of Jepara Anniversary exactly on 10 April 1549 had been distinguished by the symbol of chronograph “TRUS KARYA TATANING BUMI” or continue to work harder to build the region.
 

